Skip to content

Panen Senyum Hanya Semusim

April 27, 2014

BAHASA isyarat yang padat dengan arti dan inti adalah senyum. Tanpa senyum, yang bersangkutan akan terkesan pada sikap yang;sangar, seram, sinis, sadis dan sombong atau superior (S.5) Senyum kini banyak dimanfaatkan untuk menjalin hubungan persahabatan yang paling ringan oleh siapa saja yang berkepentingan. Segala bentuk praduga dan prasangka bisa hilang seketika. Segala bentuk praduga dan prasangka bisa hilang seketika, ketika senyum diawali sebagai p e m b u k a. y a k n i berupa : senyum, salam, sapa, simpatik, sabar, dan sopan (S.6).

Senyum dapat menjadi alat silaturahim, agar jalinan hubungan semakin intim. Melalui silahturahmi, kedua pihak akan saling memahami. Senyum juga menjadi alat komunikasi yang mampu menjernihkan situasi saat terjadi misinterpretasi. Dapat juga dijadikan alat peredam agar rasa marah menjadi padam serta membuat hati hilang rasa dendam.

Kalah Selalu Menuduh Pihak Lain

Karena itu senyum dijadikan alat yang paling ampuh guna mencari pengaruh yang mampu melunakkan hati musuh, saat mereka bersikap acuh dan angkuh. Juga merupakan alat yang mampu membuka pintu, ketika hubungan mengalami jalan buntu ketika jalinan hubungan berujung menjadi tidak menentu.

Karena itu tak heran, bila belakangan ini, senyum juga digunakan untuk menjalin hubungan guna mencari dukungan dalam segala lapangan kegiatan, sejak lapangan bisnis, hingga yang berkaitan dengan profesi, juga kursi dan posisi dalam organisasi. Bahkan hingga sampai tingkat menjalin hubungan guna mencari dukungan agar mendapat kursi dan posisi menjadi anggota dewan, juga dalm berbagai kedudukan.

Begitu strategis akan makna dan nilai guna dari senyum, hingga Nabi saw bersabda:” senyummu kepada saudaramu adalah sedekah”(tabassumuka li akhika shadaqatun) Dalam bahasa kiasan (maknawy), orang yang suka sedekah adalah gambaran akan orang yang memiliki jiwa pemurah, bersikap ramah, baik terhadap lapisan bawah, kalangan menengah maupun golongan mewah. Presiden II RI, yaitu HM Soeharto juga mendapat predikat ” the smilling general ” yakni jenderal yang murah senyum. Kemampuan dan keampuhan dalam melakukan strategi dengan melakukan senyum sudah tidak bisa diragukan lagi.

Tak satupun dari semua photo caleg yang terpampang di pinggir jalan yang tidak dihiasi dengan senyum menawan, sehingga nampak cantik rupawan. Pendek kata, saat menjelang pemilu, kita panen senyum, tetapi hanya semusim. Anehnya ada pepatah yang mengatakan, bahwa” dalam laut boleh diduga, dalam hati siapa tahu”.Ternyata ada senyum sungguhan dan ada pula senyum yang sekedar suguhan. Senyum sungguhan dan ada pula senyum yang sekedar suguhan. Senyum sungguhan selalu lahir dan mengalir dari perasaan yang mendalam, selalu memiliki jiwa empati dan simpati terhadap lingkungan, segala isi hati atau perasaan seakan-akan ingin dicurahkan, tetapi lidah tak mampu mengucapkan. Senyum yang dilakukan memberi isyarat dan kesan yang kuat akan keniscayaan, sehingga menambah dan menumbuhkan kepercayaan. Apalagi diperkuat oleh pengalaman dari perilaku yang diperbuat sebelumnya. Tentu saja lebih meyakinkan serta tidak berujung pada akibat menyakitkan. Senyum demikian tidak termasuk senyum yang hanya semusim atau sesaat, tetapi sampai akhir hayat. Bila dirinya berbuat, selalu diharap dan digarap agar seimbang antara pernyataan denga kenyataan, antara pengakuan dengan kelakuan, juga antara penampilan dengan keterampilan.

Adapun senyum suguhan adalah senyum hanya sekedar untuk menolak tuduhan, bahwa dirinya tidak memiliki rasa keakuan dan kekakuan. Tentu saja senyumnya tidak sejati, tak dihayati sampai ke hati. Biasanya hanya mencari simpati guna meraih suara dalam pemilihan nanti, misalnya dengan pura-pura kerja bakti.. Boleh juga dikategorikan sebagai senyum sementara dan bersikap pura-pura hanya demi meraih dan memperoleh dukunga suara. Caranya kita harus bisa membandingkan, antara dahulu dengan sekarang. Bila pada saat sebelumnya sang pelaku senyum itu dikenal kaku, menonjolkan rasa aku, acuh dan angkuh terhadap lingkungan. Bahkan dikenal BAKHIL, yakni Berkberatan Apabila Keluarkan Harta, Infak (dan) Lain-lain(Imam munawir,”Ensiklopedi Seni Dakwah Gaya Gaul” Jilid I, hal 151). Tetapi kini mendadak sontak banting stir seakan-akan tidak kikir, akhir-akhir ini sumbangannya mengalir, melakukan senyum menawan, seakan-akan dermawan memasukiperkampungan, yang peka terhadap ketimpangan lingkungan. Tentu saja, senyum menawannya di pertanyakan, mengapa baru sekarang senyum itu dilakukan. Inilah yang disebut senyum musim, yaitu musim menghadapi pileg, memilih caleg. Habis itu sang pelaku senyum pergi tanpa pesan, hilang tak berpesan. Hal yang sama juga dialami dalam Pilkada.

Dalam percakapan anatar warga masyarakat, sering dilontarkan pertanyaan bernada sindiran berupa kata-kata singkat. Pertanyaan tersebut adalah ” apa perbedaan antara Pilkada dengan Pilkabe” Setelah yang ditanya ternyata tidak mampu menjawab, maka sang penanya menjelaskan :”Bila Pilkada setelah jadi (terpilih), maka ia lupa, tetapi bila Pilkabe, maka apabila ia lupa (menggunakan pil KB tersebut) maka (sang calon bayi) akan jadi” Tentu saja ini merupaka sindiran yang mengumbar janji, tetapi tak ditepati. Hanya ingin mencari suara, yang bersifat sementara dengan motivasi ber pura-pura. Bahkan ada yang dikenal dulu papa, tidak punya apa-apa, tetapi setelah kini menduduki kursi dan posisi yang bergengsi, berpura-pura lupa, hingga dengan mantan teman sudah tidak mau menyapa. Akhirnya lebih peka terhadap ucapan ” berapa”dan kurang peka terhadap ucapan”siapa”.

Alangkah damainya hidup ini, bila senyum keluar dari lubuk hati, yakni benar-benar senyum sejati. Tak ada seyum sementara yang bersifat pura-pura dengan motif kepentingan atau sekedar mencari keuntungan. Tetapi bila senyum yang dilakukan hanya musiman dan hanya bersifat suguhan, tentu ujung-ujungnya nanti akan terjadi kericuhan dan kekisruhab, karena yang merasa kalah akan selalu menuduh pihak lain bersalah, selalu terus mencari kambing hitam yang sulit diredam, hanya demi gengsi dan harga diri. Allah Maha Tahu yang Benar.(*)

From → Uncategorized

Leave a Comment

Leave a comment