Skip to content

Koalisi Demi Posisi

PERGULATAN politik memang rentan dengan taktik penuh intrik serta tertarik pada incaran jabatan, berpikir tentang kesempatan, mencari teman sementara demi perolehan suara melalui sikap pura-pura. Koalisi dilakukan, seakan-akan demi kepentingan bersama, berlagu dan melaju dalam satu irama. Ironisnya kerjasama itu tidak berlangsung lama, karena dalam mengikuti irama semakin terasa kurang searah dan selangkah. Masing-masing pihak mulia melirik dan tertarik demi mencari porsi dan posisi yang paling strategis lantaran godaan iblis. Rasa kebersamaan pun sirna, kehilangan makna serta nilai guna.

Vested interest (mementingkan diri sendiri) itulah yang dicari, sedang sikap serasa dan serasi mulai dikebiri Tak Heran bila banyak orang yag dahulu berprilaku terpuji (mahmudah), mendadak sontak berubah menjadi keji (mazmumah) lantaran tak kuat menahan sesaji.
Kerjasama atau persaudaraan model semut (Ukhuwah semutiah) itulah yang berlaku dan melaju hingga sampai yang dituju. Read more…

Mengapa Terjadi krisis Kepercayaan ?

UNGKAPAN kata “krisis” semula berasal dari bahasa Yunani yang mengandung arti: pemisahan, penetapan. Dalam ilmu kedoteran kita kenal istilah : krisis anafilaksis (shock anafilaksis), krisis anksietas (krisis kecemasan). Kemudian dalam istilah umum berkembang berubah pengertian menjadi :dalam kondisi genting, gawat. Mengkhawatirkan. Misalnya: krisis ekonomi, krisis pangan, krisis moneter, krisis kepemimpinan, krisis kepercayaan.

Gejala krisis dapat menimbulkan berbagai akibat. Di antaranya menjadi penghambat, bagi yang memiliki semangat guna meningkatkan kehidupan masa depan yang lebih bermartabat. Read more…

KECERDASAN SOSIAL DAN KECERDASAN AKAL

UNGKAPAN kata “cerdas” pada umumnya senantiasa dikaitkan dengan kemampuan otak dan bukan kemampuan sosial. Selalu dikaitkan dengan kemampuan otak dan bukan pada keampuhan watak.
Pada hal, kemampuan otak hanya sebatas pegembangan kreativitas, sedangkan kemampuan watak senantiasa mendorong dan menggiring pada aktivitas. Bila antara keduanya terjalin kerjasama yang baik, maka akan mengalirkan produktivitas. Watak (ESQ) itulah yang menumbuhkan kecerdasan sosial.

Menurut Linda Keegen, salah seorang praktisi berkaliber intenasional, yang menjabat Vice President untuk pengembangan Eksekutif City Bank disalah satu negara di Eropa mengatakan, bahwa “kecerdasan sosial harus menjadi dasar pada setiap latihan manajemen”. Kecerdasan sosial memang dapat menjadi sumber penentu, melalui strategi yang jitu, menuju kondisi yang lebih bermutu dengan kemampuan mengalokasikan waktu. Read more…

Bangkitkan Rasa Percaya Diri!

 BANGKIT berarti ingin lepasdan bebas dari rasa sakit agar dirinya jangan terus menerus terhimpit. Tahu posisi diri akan bahaya yang menghampiri.

Menyadari dan berusaha terus mencari bagaimana cara mengindari. Bangkit adalah sadar akan apa yang harus diperbuat danbukian sekedar bangun, kemudian pindah tempat. Tak cukup dengan modal semangat atau kemauan yang kuat, tetapi harus tahu kiat-kiat dan kaifiat (cara) agar dapat lepas dari segala bentuk tali pengikat.

Baik sebagai suatu bangsa, golongan maupun perorangan, kini kita kehilangan rasa percaya diri, sehingga berbagai ancaman berupa ketidak pastian tidak bisa dihindari, lantaran tidak memiliki pendirian dan watak kemandirian. Tak memiliki tujuan yang pasti, sehingga menjadi tak tahu, mana yang harus diikuti.

PERCAYA DIRI, BUKA KUNCI BELENGGU Read more…

Panen Senyum Hanya Semusim

BAHASA isyarat yang padat dengan arti dan inti adalah senyum. Tanpa senyum, yang bersangkutan akan terkesan pada sikap yang;sangar, seram, sinis, sadis dan sombong atau superior (S.5) Senyum kini banyak dimanfaatkan untuk menjalin hubungan persahabatan yang paling ringan oleh siapa saja yang berkepentingan. Segala bentuk praduga dan prasangka bisa hilang seketika. Segala bentuk praduga dan prasangka bisa hilang seketika, ketika senyum diawali sebagai p e m b u k a. y a k n i berupa : senyum, salam, sapa, simpatik, sabar, dan sopan (S.6).

Senyum dapat menjadi alat silaturahim, agar jalinan hubungan semakin intim. Melalui silahturahmi, kedua pihak akan saling memahami. Senyum juga menjadi alat komunikasi yang mampu menjernihkan situasi saat terjadi misinterpretasi. Dapat juga dijadikan alat peredam agar rasa marah menjadi padam serta membuat hati hilang rasa dendam.

Kalah Selalu Menuduh Pihak Lain Read more…

Masih Adakah Teman Sejati ?

TEMAN sejati bukan saja lantaran merasa sehati, bersedia mendampingi sampai mati, tetapi juga yang berani “berkata benar kepadamu dan bukan yag mebenar-benarkan perkataanmu“(man shadaqaka la man shaddaqaka). Jadi di samping hubungan emosional, tentu saja diimbangi oleh sikap yang rasional. Seimbang antara pendekatan rasa dengan rasio. Harus adil dalam menilai, meski seakan-akan sedang berkelahi (al’adlu fi’r ridha wa fi’I ghadhabi). Karena itu harus ada etika, agar tidak terjadi salah sangka.

Ada juga teman atau sahabat, yang bersifat sesaat, yaitu hanya mau dekat di saat bersangkutan menerima nikmat, memiliki porsi dan pisisi dalam suatu organisasi. Saat nikmat itu hilang, sang teman itupun ditendang. Bahkan dihujat, ibarat perlakuan terhadap sang penjahat. Seakan-akan dibuat kesan, bahwa sedikitpun tak pernah memberi manfaat, karena itu perlu disikat. Memang, kawan dekat yang hanya bersifat sesaat, kalau sudah berkaitan dengan kepentingan jabatan, bisa saja menjadi lawan. Read more…

Luka Hati, Sukar Terobati

LUKA  tubuh, memang mudah sembuh. Meski masih nampak jahitan, tetapi tak berpengaruh pada ingatan. Misalnya goresan belati. Tetapi bagaimana dengan luka hati, tentu terus menerus dihayati, bahkan dirasakan dan tak terlupakan sampai mati. Terus saja diingat mengapa dia sesuka hati untuk berbuat, dengan tanpa memikirkan akibat. Sikap, sifat dan ucapannya tak tanggung-tanggung, sehingga mudah membawa orang lain tersinggung. Bahkan tidak merasa, kalau membuat hati orang lain tersinggung. Bahkan tidak mersa, kalau membuat hati orang lain tersiksa. Maksudnya menasehati, akan tetapi malah membuat luka hati..

Read more…

Sebab Apa Mayoritas Kalah?

Sejarah telah memberi ibrah (pelajaran dari pengalaman) kepada kita, bahwa jumlah bilangan bukanlah jaminan untuk meraih dan memperoleh kemenangan. Apalagi pada umumnya, sifat manusia lebih senang dipuji ketimbang diuji. Dari pujian itu, biasanya menjadi lupa diri bila bahaya akan menghampiri. Selalu bangga dengan mendabik dada melihat jumlah bilangan yang ada, membuat orang atau golongan kurang waspada. Sedikitpun tak ada perasaan takut, lantaran yang dihitung adalah jumlah pengikut. Pada waktu perang Hunain kaum mukminin diuji dengan kekaguman jumlah yang banyak, karena semuanya hanyalah pengikut, pengecut, penakut, akhirnya lari tunggang langgang, meski akhirnya diberi kemenangan. (QS.: 25-26)

Read more…

Sabar = Sadar akan Proses

KALAU saya tidak salah hitung, terdapat hingga 95 sampai 99 kata di dalam Al Qur’an yang memiliki kata dasar shabara (sabar), tersebar dalam berbagai surat dan ayat. Hal ini tentu akan membawa kita untuk membuka mata serta tidak lari dari realita, bahwa sabar menduduki kunci perilaku yang paling prima dan utama. Betapa banyak aneka ragam masalah sukar, yang harus dihadapi dengan sikap sabar, terus berjuang menemukan peluang, sambil menunggu saat yang tepat kapan kemenangan itu didapat, karena “Allah bersama orang-orang yang sabar” (QS Al Baqarah:249). Read more…

Pindah Tahun, Tambah Tekun

SETIAP pergantian tahun, sebaiknya kita jadikan momentum untuk berbuat dan bekerja lebih tekun atau lebih giat, semakin bersemangat dan rela bermandi keringat, meski banyak faktor yang kita pandang sebagai penghambat. Allah juga memberi acuan kepada kita, tentang sukses atau gagalnya suatu tujuan melalui firman-Nya “Dan hendaklah seseorang melihat apa yang dilakukan masa lalu demi masa yang akan datang” (QS AL Hasyr: 18)

Pengalaman yang positif hendaklah kita syukuri sedangkan yang negatif hendaklah kita hindari. Faktor penyebabnya, ada kalanya dari diri kita sendiri, dan ada kalanya dari luar yang kadang kala kita sulit untuk menghindar. Untuk itu kita harus terus mencari dan menelusuri akan kelemahan dan kelengahan diri, agar bahaya tidak terus menghampiri. Read more…